Senin, 13 Februari 2012


 Gonorhea 

A.  DEFINISI                                              



Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhea yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-genital, oro-genital, ano-genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan konjungtiva.
Gonore atau Gonorrhae merupakan Penyakit Menular Seksual (PMS) yang sering dijumpai yang dapat menginfeksi pria maupun wanita, biasanya menyerang daerah kelamin tetapi juga dapat menyerang bagian tubuh yang lain.
B.  ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh suatu bakteri yang disebut Neisseria Gonorrehae yang ditemukan oleh Neisseria pada tahun 1979. Penyebab pasti penyakit gonore adalah bakteri Neisseria gonorrhea yang bersifat  patogen. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang pada wanita yang belum pubertas.
Neisseria gonorrhoeae adalah bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora, jenis diplokokkus gram negatif dengan ukuran 0,8 – 1,6 mikro. Bakteri gonokokkus tidak tahan terhadap kelembaban, yang cenderung mempengaruhi transmisi seksual. 7. Bakteri ini bersifat tahan terhadap oksigen tetapi biasanya memerlukan 2 – 10% CO2 dalam pertumbuhannya di atmosfer. Bakteri ini membutuhkan zat besi untuk tumbuh dan mendapatkannya melalui transferin, laktoferin dan hemoglobin. Organisme ini tidak dapat hidup pada daerah kering dan suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35 – 37derajat Celcius dan pH 7,2 – 7,6 untuk pertumbuhan yang optimal. Gonokokkus terdiri dari 4 morfologi, type 1 dan 2 bersifat patogenik dan type 3 dan 4 tidak bersifat patogenik. Tipe 1 dan 2 memiliki pili yang bersifat virulen dan terdapat pada permukaannya, sedang tipe 3 dan 4 tidak memiliki pili dan bersifat non-virulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.

C.     MANIFESTASI KLINIS
Pada pria :
·         Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi.
·         Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian diikuti nyeri ketika berkemih.
·         Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya lendir mukoid dari uretra.
·         Retensi urin akibat inflamasi prostat.
·         Keluarnya nanah dari penis.
Pada wanita :
·         Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi.
·         Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan (asimtomatis)
·         Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat seperti desakan untuk berkemih
·         Nyeri ketika berkemih
·         Keluarnya cairan dari vagina
·         Demam
·         Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubunga seks melalui anus, dapat menderita gonore di rektumnya. Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.
D.  PATOGENESIS
Meskipun telah banyak peningkatan dalam pengetahuan tentang patogenesis dari mikroorganisme, mekanisme molekular yang tepat tentang invasi gonokokkus ke dalam sel host tetap belum diketahui. Ada beberapa faktor virulen yang terlibat dalam mekanisme perlekatan, inflamasi dan invasi mukosa. Pili memainkan peranan penting dalam patogenesis gonore. Pili meningkatkan adhesi ke sel host, yang mungkin merupakan alasan mengapa gonokokkus yang tidak memiliki pili kurang mampu menginfeksi manusia. Antibodi antipili memblok adhesi epithelial dan meningkatkan kemampuan dari sel fagosit. Juga diketahui bahwa ekspresi reseptor transferin mempunyai peranan penting dan ekspresi full-length lipo-oligosaccharide (LOS) tampaknya perlu untuk infeksi maksimal.
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah epitel kolumnar dari uretra dan endoserviks, kelenjar dan duktus parauretra pada pria dan wanita, kelenjar Bartolini, konjungtiva mata dan rectum. Infeksi primer yang terjadi pada wanita yang belum pubertas terjadi di daerah epitel skuamosa dari vagina.

E.   PENYEBARAN DAN CARA PENULARAN
Gonore dapat ditularkan melalui hubungan seksual dan  dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga menyebabkan nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.
Gonore dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga menyebabkan nyeri pinggul dan gangguan reproduksi
F.   KOMPLIKASI
Pada pria
1.    Tysonitis, biasanya terjadi pada pasien dengan preputium yang sangat panjang dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosis dibuat berdasarkan ditemukannya butir pus atau pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan menjadi abses dan merupakan sumber infeksi laten.
2.    Parauretritis, sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka atau hipos padia. Infeksi pada duktus di tandai dengan butir pus pada kedua muara parauretra.
3.    Radang kelenjar littre (littritis), tidak mempunyai gejala khusus. Pada urin ditemukan benang-benang atau butir-butir. Bila salah satu saluran tersumbat dapat terjadi abses folikualar. Diagnosis komplikasi ini ditegakkan dengan urestoskopi.
4.    Infeksi pada kelenjar Cowper (cowperitis), dapat menyebabkan abses. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan di daerah perineum bagian dalam dan rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi, dan disuria. Jika tidak diobati abses, maka akan pecah melalui kulit perineum, retra atau rectum dan mengakibatkan proktitis.
5.    Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak di daerah perineum dan suprapubis, malaise, demam, nyeri kencing sampai himeturia, spasme otot uretra sehingga terjadi pembesaran prostate dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan dan fluktuasi bila terjadi abses. Jika tidak diobati abses akan pecah, masuk ke uretra posterior atau kearah rectum mengakibatkan proktitis.
6.    Gejala prostatis kronik ringan di intermiten, tetapi kadang-kadang menetap. Terasa tidak enak di preneum bagian dalam dan rasa tidak enak bila tidak terlalu lama. Pada pemeriksaan prostatteraba kenyal, berbentuk nodus, dan sedikit nyeri pada penekanan. Pemeriksaan dengan pengurutan prostate biasanya sulit menemukan gonokok.
7.    Vesikulitis ialah radang akut yang mengenai vesikula semineli dan diktud ejakulatorius, dapat timbul menyertai prostatitis akut yaitu demam, pola kisuria, hematuria terminal, neri ereksi dan ejakulasi dan sperma mengandung darah. Pada pemeriksaan melalui rectum dapat diraba vesikula seminalis yang membengkak dan keras seperti sosis, memanjang diatas prostat. Adakalanya sulit menentukan batas kelenjar prostate yang membesar.
8.    Pada vas deferentitis atau funikulitis, gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi yang sama.
9.    Epidimis akut biasanya unilateral dan setiap edidimitis biasanya disertai vas deferentitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya edidimitis ini adalah taruma pada uretraposterior yang disebabkan salah pengelolaan pengobatan atau kelainan pasien sendiri. Edidimitis dan tali sperma tika membengkak dan teraba panas, juga testis, sehingga menyerupai hidrokel sekunder. Pada penekanan terasa nyeri sekali. Bila epididimis dapat mengakibatkan sterilitas.
10.     Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika urinaria. Gejalanya berupa poliuria, disuria terminal dan hematuria.
Pada wanita
1.    Parauretris kelenjar parauretra dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi.
2.    Kelenjar bertholin dan labium mayora pada sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri tekan, terasa nyeri sekali bila pasien berjalan dan pasien sukar duduk. Abses dapat timbul dan pecah melalui mukosa atau kulit. Bila tidak diobati dapat rekurens atau menjadi kista.
3.    Salpingitis, dapat bersifat akut, sub-akut atau kronis. Ada beberapa factor predisposisi yaitu masa puerpurium, setelah tindakan diatasi dan kuretrase, dan pemakaian IUD. Infeksi langsung terjadi pada serviks melalui tuba fallopi ke daerah salping dan ovum sehingga dapat menyebabkan penyakit radang panggul (PRP). Gejala terasa nyeri dibagian abdomen bawah, duh tubuh vagina, disuria dan menstruasi yang tidak teratur atau abnormal. PRP yang simtomatik atau asimtomatik dapat menyebabkan jaringan parut pada tuba sehingga dapat mengakibatkan infertilitas kehamilan diluar kandungan.
Komplikasi pada bayi
1.    Adanya kemungkinan lahir prematur, infeksi neonatal dan keguguran akibat infeksi gonokokkus pada wanita hamil.
2.    Adanya parutan pada kornea dan kebutaan permanen akibat infeksi gonokokkus pada mata
3.    Adanya sepsis pada bayi baru lahir karena gonore pada ibu.

G.  PENGOBATAN
1.    Medikamentosa
a.    Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap penicilin, banyak ‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan.
b.    Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang memadai.
c.    Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
d.   Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis gonokokus.
Pilihan utama dan kedua adalah siprofloksasin 500 gram ofloksasin 400 mg. Berbagai rejimen yang dapat diberikan adalah
1.    Siprofloksasin * 500 mr per oral, atau
2.    Ofloksasin * 400 mg per oral
3.    Setriakson * 250 mg I injeksi intra muscular
4.    Spektimonisin 2 g injeksi intra muscular dikombinasikan dengan
5.    Dosisiklin 2 x 100 mg, selama 7 hari atau
6.    Tetrasiklin 4 x 100 mg, selama 7 hari atau
7.     Eritromisin 4 x 500 mg, selama 7 hari
Untuk daerah dengan insiden galur Neisseria gonorrhoe penghasil penisilinase (NGPP) rendah, pilihan utamanya adalah penisilin prokain akua 4,5 juta unit + 1 gram probenesid. Obat lain yang dipakai, antara lain:
1.    Ampisilin 3,5 gram + 1 gram probenesid, atau
2.    Ampisilin 3 gram + 1 gram probenesid
Pada kasus gonore dengan komplikasi dapat diberikan salah satu obat dibawah ini :
1.    Siprofloksasin * 500/hari per oral, selama 5 hari
2.    Ofloksasin * 400 mg/hari, injeksi intra muscular, selama 3 hari
3.    Setriakson 250 mg/hari, injeksi intra muscular, selama 3 hari

2.    Non-medikamentosa
a.    Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan tentang :
¾  Bahaya penyakit menular seksual dan komplikasinya
¾  Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
¾  Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa dating
b.    Pengobatan pada pasangan seksual tetapnya
c.    Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindari.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GONORHOEAE

I.          Pengkajian
a.   Data Subyektif :
¾    Nyeri ketika berkemih dan desakan untuk berkemih
¾    Keluarnya cairan ( nanah ) dari saluran kencing.
¾    Demam
¾    Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan.
¾    Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.
¾    Pasien yang datang dengan awitan gejala akut mengeluh lemah, nyeri lokal, demam dan keluarnya nanah dari lubang saluran kencing.
¾     Riwayat psikososial, pasien seringkali bertanya – tanya tentang pengobatan, perawatan dan ramalan penyakitnya.
b.   Data Obyektif
¾    Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.
¾    Sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif, intraseluler dan ekstraseluler, leukosit polimorfonuklear.
¾    Kultur untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan kultur. Menggunakan media transport dan media pertumbuhan.
¾    Tes definitif, tes oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi positif), tes fermentasi (kuman gonokokus hanya meragikan glukosa)
¾    Tes beta laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase
¾    Tes Thomson dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.
II.          Diagnosa dan Intervensi
a.    Diagnosa Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan reaksi infalamasi
Tujuan Perawatan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
1)   Mengenali faktor penyebab
2)   Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri
3)   Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
4)   Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol
Intervensi Keperawatan :
1)   Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
2)   Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
3)   Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
4)   Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
5)   Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien terhadap ketidaknyamanan (ex.: temperatur ruangan, penyinaran, dll)
6)   Ajarkan penggunaan teknik non farmakologik (misalnya : relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas – dingin, massage, TENS, hipnotis, terapi aktivitas)
7)   Berikan analgesik sesuai anjuran
8)   Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup.
9)   Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan.



b.    Diagnosa Keperawatan :  Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan Kepertawatan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
1)   Suhu dalam rentang normal
2)   Nadi dan RR dalam rentang normal
3)   Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
IntervensiKeperawatan :
1)   Monitor vital sign
2)   Monitor suhu minimal 2 jam
3)   Monitor warna kulit
4)   Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
5)   Selimuti klien untuk mencegah hilangnya panas tubuh
6)   Kompres klien pada lipat paha dan aksila
7)   Berikan antipiretik bila perlu

c.    Diagnosa Keperawatan : Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan  proses inflamasi
Tujuan Keperawatan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
1)   Urin akan menjadi kontinens
2)   Eliminasi urin tidak akan terganggu: bau, jumlah, warna urin dalam rentang yang diharapkan dan pengeluaran urin tanpa disertai nyeri
Intervensi Keperawatan :
1)   Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna dengan tepat.
2)   Pantau spesimen urine pancar tengah untuk urinalisis.
3)   Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala inferksi saluran kemih.
4)   Sarankan pasien untuk minum sebanyak 3000 cc per hari.
5)   Rujuk pada ahli urologi bila penyebab akut ditemukan.

d.   Diagnosa Keperawatan : Kurang Pengetahuan berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat tentang program pengobatan
Tujuan Keperawatan :
1)   Klien memiliki tingkat pemahaman tentang program pengobatan penyakit gonorrhoe
Intervensi Keperawatan :
1)   Kaji pemahaman klien tentang program pengobatan penyakit gonorrhoe
2)   Lakukan penilaian tingkat pengetahuan klien tentang program pengobatan penyakit gonorrhoe.
3)   Tentukan kemampuan klien untuk menerima informasi kesehatan yang akan diberikan
4)   Berikan pengajaran sesuai kebutuhan tentang program pengobatan penyakit gonorrhoe.
5)   Lakukan evaluasi terhadap progran pengajaran yang telah diberikan

e.    Diagnosa Keperawatan : Risiko penularan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang sifat menular dari penyakit
Tujuan keperawatan :
1)   Dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit pada orang lain
Intervensi Keperawatan :
1)   Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan menjelaskan tentang :
¾  Bahaya penyakit menular
¾  Pentingnya memetuhi pengobatan yang diberikan
¾  Jelaskan cara penularan PMS dan perlunya untuk setia pada pasangan
¾  Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat menghindarinya.

f.     Diagnosa Keperawatan : Harga diri rendah berhubungan dengan penyakit
Tujuan keperawatan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan :
1)      Mengekspresikan pandangan positif untuk masa depan dan memulai kembali tingkatan fungsi sebelumnya dengan indikator:
2)      Mengindentifikasi aspek-aspek positif diri
3)      Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya
4)      Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol koping.
Intervensi Keperawatan :
1)        Bantu individu dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan
2)        Dorong klien untuk membayangkan masa depan dan hasil positif dari kehidupan
3)        Perkuat kemampuan dan karakter positif (misal: hobi, keterampilan, penampilan, pekerjaan)
4)        Bantu klien menerima perasaan positif dan negatif
5)        Bantu dalam mengidentifikasi tanggung jawab sendiri dan kontrol situasi